Tidak ada pahlawan tanpa catatan
buruk, begitu pun dengan Soekarno. Mungkin banyak yang tidak percaya bahwa
Soekarno pernah menjadi 'bintang iklan' dan mempromosikan Romusha untuk menarik
rakyat agar bergabung. Namun demikian lah kenyataannya.
Soekarno mengakui sendiri hal ini dengan
wajah penuh penyesalan ,seperti
diungkapkan dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams seperti yang saya
kutip dari blog Roso Daras berikut
ini.
Sesungguhnya akulah –Sukarno– yang mengirim mereka kerja paksa. Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan romusha Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha. Degn para wartawan, juru potret, Gunseikan –Kepala Pemerintahan Militer- dan para pembesar pemerintahan aku membuat perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang-kerangka-hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis-belakang, itu jauh di dalam tambang batubara dan tambang mas. Mengerikan. Ini membikin hati di dalam seperti diremuk-remuk.
Sukarno bekerja sama dengan Jepang
berusaha mendapatkan bantuan apa yang dia bisa untuk masa depan kemerdekaan
Indonesia. Dia bahkan mempromosikan pembentukan brigade kerja sukarela,
yang disebut romusha , untuk membantu upaya perang
Jepang. Belakangan diketahui bahwa militer Jepang memperlakukan para
sukarelawan Indonesia ini sebagai budak, Sukarno kehilangan muka. Berikut
adalah cerita Bung Karno ketika menjadi romusha Jepang
Sukarno datang ke Bayah, Banten
sebagai romusha. Topinya tertulis nomor 970. Romusha bernama Sukarno itu
difilmkan. Ditulis koran-koran zaman itu. Tinggal di pondokan sederhana yang
dibuat untuk para romusha dan makan makanan mereka. Namun akhirnya Romusha
Bernomor 970 itu sangat menyesal ...
Tahun 1944, Bung Karno datang bersama
Bung Hatta dan para anggota Jawa Hokokai ke Bayah, Banten. Turun lapangan
sebagai bintang iklan romusha. Difilmkan, pun ditulis koran-koran zaman itu.
Petinggi politik negeri itu tinggal di pondokan sederhana dan makan makanan
para romusha.
Namun ini hanya sementara. Bung Karno
dan rombongan beberapa hari kemudian pulang ke Jakarta, sedangkan para romusha
asli tidak. Inilah kampanye Bung Karno untuk bekerja sama dengan Jepang! Ada
kesepakatan apa antara Bung Karno dan Jepang? Bung Karno yakin Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Kesepakatan lain? Entah!
Para romusha ‘Pejuang Pekerja’ itu
berangkat dengan bangga, diiringi pidato Sukarno. “Tujuan usaha ini adalah
untuk menunjukkan kepada Jepang bahwa penduduk Jawa telah siap sehidup semati
dengan Dai Nippon. Kita berjanji tidak akan bercukur selama pengabdian sebagai
romusha sebagai tanda bukti kepada negara,” kata Bung Karno, seperti tertuang
dalam buku Kuasa Jepang di Jawa (1942-1945) yang ditulis Aiko Kurasawa.
Apa yang terjadi?
Ribuan romusha penggarap jalur rel
kereta api Saketi-Bayah mati kelaparan dan diserang penyakit malaria dan
kolera, setidaknya 300-an romusha mati setiap bulan.
Pada 3 September 1944, Bung Karno
memberangkatkan 500-an romusha ke Thanbyuzayet, Burma (Myanmar). Dikutip dari
Republika, kerja paksa yang digelar Jepang di sepanjang Nok Pla Duk (Thailand)
ke Thanbyuzayet, menurut Aiko Kurasawa menyebabkan kematian 30 ribu orang,
termasuk yang berasal dari Indonesia.
Neraka ala Sukarno? Entahlah ...
[4]Biografi Soekarno yang ditulis Cindy Adams
[5]San Joe State University / sjsu.edu The Soekarno Era of Indonesian History
Post a Comment